Cabai Jawa, Si Mungil berwarna Cerah yang Lincah

burung cabai jawa

Salah satu burung yang cukup sering saya temui saat hunting birding photo di wilayah Jakarta adalah Scarlet-Headed Flowerpecker atau dikenal dalam Bahasa lokal, Burung Kemade atau yang lebih dikenal dengan Burung Cabai Jawa. Berdasarkan IUCN Red List, status konservasi burung Cabai Jawa ini termasuk Least Concern (LC) atau Risiko Rendah.

Berdasarkan informasi yang dikutip dari Wikipedia, Scarlet-Headed Flowerpecker (Dicaeum trochileum) adalah spesies burung dari keluarga Dicaeidae, dari genus Dicaeum.

Burung ini memiliki ciri yaitu ukuran tubuh yang relatif mungil sekitar 8-9 cm dengan berat sekitar 5-7 gram. Burung Jantan Cabai Jawa ini sangat menarik, tubuh bagian atas dari kepala, punggung hingga tunggir berwarna merah, ciri inilah yang membuat burung mungil nan lincah ini dinamakan Cabai Jawa.

 Sedangkan burung betinanya cenderung berwarna lebih kusam dengan dominasi warna cokelat keabuan. Walaupun Burung Cabai Jawa memiliki ukuran yang kecil dan mungil, namun burung ini memiliki lebar sayap yang cukup besar, yaitu 11-12 cm, sehingga memungkinkan burung mungil ini melakukan penerbangan jarak jauh.

Habitat Burung Cabai Jawa ini adalah mendiami hutan terbuka, kebun, hutan bakau, juga ditemukan di perkarangan dan perkotaan, serta bisa ditemukan mulai dari permukaan laut hingga ketinggian maksimum 600 meter. Burung ini merupakan hewan endemik di beberapa pulau di kepulauan Indonesia terutama Pulau Jawa dan Bali.

Burung cabai jawa kebanyakan memakan buah beri berukuran kecil, serangga, nektar, dan juga serbuk sari. Sifatnya yang agresif dan ukuran tubuhnya yang kecil memungkinkannya hinggap di pohon rendah dan bergerak lincah melalui cabang-cabang pepohonan yang lebat agar dapat mengakses buah berinya.

Peran penting kehadiran Burung Cabai Jawa di dalam ekosistem hutan tropis karena kelincahannya. Burung ini membantu menyebarkan biji-bijian dan juga berperan dalam mengendalikan populasi serangga melalui pola makannya. Hal inilah yang menjadikan keberadaan burung ini menjadi sangat penting di dalam bagian dari ekosistem hutan tropis.

Momen saat burung berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya untuk mencari makan, serbuk sari menempel di paruh burung ini dan terbawa ke bunga lain, sehingga membantu terjadinya penyerbukan silang antar tanaman. Diluar musim bunga atau saat makanan langka, burung ini juga mengonsumsi serangga kecil dan buah beri sebagai makanan alternatif. Gerakan yang lincah dan ukurannya yang mungil ini menjadi tantangan tersendiri bagi birding photographer untuk memotret burung Cabai Jawa ini. Terkadang untuk mendapatkan foto burung yang bagus tidak selalu didapatkan pada kesempatan usaha pertama.

Kesempatan usaha pertama biasanya akan menjadi momen untuk mengobservasi baik lokasi spot atau lokasi keberadaan burung tersebut, perilaku dan pola gerakannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar burung memiliki kebiasaan untuk datang ke lokasi atau pohon yang sama dengan perilaku tertentu setiap harinya. Berbekal pengalaman dan informasi ini, biasanya pada kesempatan berikutnya foto bagus akan didapatkan, walaupun aspek hoki juga sangat berpengaruh.

Memiliki warna yang cantik dengan suara yang khas, membuat burung ini menjadi incaran para pemburu untuk dipelihara di dalam sangkar. Walaupun Scarlet-headed Flowerpecker, memiliki status konservasi "Least Concern" (LC) atau Risiko Rendah menurut Daftar Merah IUCN. Status ini menunjukkan bahwa spesies ini tidak menghadapi ancaman kepunahan yang signifikan dan populasinya relatif stabil. Meskipun memiliki status konservasi yang stabil, tetap penting untuk kita terus memantau populasi dan habitat burung ini guna memastikan kelestariannya. Perubahan habitat dan aktivitas manusia dapat mempengaruhi keberadaannya di alam liar.


Komentar